Tentunya Anda sudah mengenal arti budaya, bukan? Menurut Koentjoroningrat, budaya merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa manusia. Lantas, apa yang dimaksud dengan budaya lokal?
Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Keragaman suku bangsa ini tentunya dapat menciptakan budaya yang beragam. Nah, kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam salah satu suku bangsa tersebut dapat dinamakan budaya lokal. Jadi, budaya lokal merupakan sebuah hasil cipta, karsa, dan rasa yang tumbuh dan berkembang di dalam suku bangsa yang ada di daerah tersebut.
Keragaman Budaya Lokal Indonesia
- Pabarit
Pabarit merupakan sebuah budaya lokal yang berada di daerah Subang, Jawa Barat. Pabarit adalah sebuah tradisi yang dilakukan untuk menolak bala. Hal ini dilakukan agar terhindar dari setiap marabahaya yang terjadi. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Subang pada pukul 18.00 WIB di perempatan jalan.
Ketika acara ini dimulai, masyarakat sudah mengetahui hal yang harus dilakukanya. Mereka mengumpulkan pakaian bekas sebagai simbol keburukan dari manusia. Pakaian bekas tersebut dikumpulkan dalam sebuah alat yang dinamakan sundung (alat yang berbentuk segitiga dan terbuat dari bambu) untuk kemudian disimpan di perempatan jalan.
Sesajen pun dibenahi dengan baik sebelum ketua kampung mulai berdoa. Jika menyan sudah dibakar, sang ketua kampung pun berdoa kepada Sang Pencipta. Tentunya maksud utama dalam acara tersebut adalah agar terhindar dari segala marabahaya. Acara pabarit ditutup dengan pembakaran sundung beserta pakaian bekas.
- Tarian Hudoq
Banyak cara yang dilakukan oleh setiap masyarakat untuk meminta keselamatan dan kebahagian di dunia dan akhirat. Nah, salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan adalah menari. Tarian ini dinamakan dengan tarian hudoq.
Sebuah filosofi yang terpatri dalam masyarakat kalimantan, khususnya suku Dayak, yaitu harus selalu berlindung kepada sang penguasa dewa, Silau Apau Lagaan. Karena merupakan penguasa yang tertinggi dari hudoq yang ada di dunia ini, Silau Apau Lagaan diberi gelar Buang Atut Uhut Mebang.
Agar dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakat di dunia ini, Buang Atut Uhut Mebang ini mengutus beberapa dewa ke dunia ini. Salah satu hudoq yang diutus ini adalah sang pembawa rezeki bagi pertumbuhan tanaman beserta pembasmi hama tanaman. Nama dewa yang ditugaskan ini adalah Jelifah Tao Hudoq yang berubah wujud, mulai dari wajah, pakaian, bahkan bentuk badannya.
- Teater dulmuluk
Untuk terlepas dari sebuah rutinitas adakalanya kita harus mencari sebuah hiburan. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menghibur diri. Salah satu alat hiburan masyarakat Sumatera Selatan adalah menyaksikan Teater Dulmuluk.
Teater dulmuluk merupakan seni tradisi masyarakat Sumatra Selatan yang berkembang sejak 1919. Ketika itu, pertunjukan teater Dulmuluk dilakukan di ruang terbuka. Kisah yang dibawakannya adalah cerita Dulmuluk yang ditulis oleh Raja Ali Haji.Masyarakat sangat antusias dalam menonton pertunjukan ini.
Dalam perkembangannya, teater dulmuluk pun selalu membuat modifikasi dalam pertunjukannya. Hal ini terbukti dari para pemainnya yang menggunakan kostum dan tata rias yang beragam. Alat yang digunakan untuk mengiringi teater dulmuluk ini adalah biola, gendang, gong (tetawak), dan gendang yang berukuran besar (jidur).
Upaya pelestarian budaya lokal
Beberapa contoh keragaman budaya lokal di atas kiranya dapat menyadarkan kita tentang pentingnya melestarikannya. Budaya lokal merupakan sebuah benteng pertahanan bagi kita terhadap gempuran kebudayaan asing. Sudah saatnya untuk melestarikannya agar nilai-nilai budaya bangsa tidak terus menerus melemah.Bagaimana cara kita melestarikan budaya bangsa? Adakalanya kita sering bahkan selalu mengabaikan tradisi yang berasal dari nenek moyang. Sering kita mendengar bahwa jika kita selalu mempertahankan tradisi, pikirannya disebut ortodok. Padahal, banyak nilai-nilai luhur yang dapat kita ambil dari budaya lokal bangsa.
Kita tidak akan terjebak lagi dengan gaya hidup yang serba modern karena telah dibentengi nilai-nilai leluhur. Dalam hal etika, kita akan merasa terpagari dengan nilai-nilai yang telah diterapkan nenek moyang dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, dari tradisi di atas. Kita akan selalu mensyukuri segala hal yang telah diberikan kepada kita, baik berupa harta, kekayaan, umur, bahkan ilmu pengetahuan.
Nah, itu semua sebenarnya sudah ada dan mentradisi dalam setiap kebudayaan lokal yang telah diwariskan kepada kita.Sebagai masyarakat yang terdiri atas suku bangsa, sudah sewajarnya kita bersikap toleran terhadap perbedaan.
Perbedaan jangan kita jadikan sebuah alat permusuhan. Perbedaan harus kita jadikan ciri khas masing-masing daerah. Hal ini nantinya akan menjadi nilai-nilai istimewa bagi kebudayaan nasional dan menjadi sebuah kekayaan yang tak ternilai harganya.
source: google
Posting Komentar